Kunjungan Tim Kebijakan dan Manajemen Kesehatan ke Kementerian Kesihatan Malaysia, Tindak Lanjut Kerjasama antara FK-KMK dengan MHNexus

Kegiatan Post-graduate Forum (PGF) ke-18 di Malaysia 6-7 Agustus 2024 memberikan kesempatan kepada tim Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan untuk mengadakan kunjungan ke Kementerian Kesehatan Malaysia dan MHNexus sehari sebelumnya. MHNexus merupakan salah satu perusahaan pengembang sistem informasi kesehatan, khususnya rekam medis elektronik. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari kerjasama FK-KMK dan MHNexus beberapa waktu lalu (FK-KMK UGM Menandatangani MoU Pengembangan Rekam Medis Elektronik dengan MHNexus Malaysia). Bertempat di Gedung E1, Kementerian Kesihatan Malaysia, Putrajaya, 12 orang tim KMK yang terdiri dari dosen, asisten dan mahasiswa diterima oleh Tim Kerja Program Perubatan dibawah Directorate General Program Perubatan, Kementerian Kesehatan Malaysia. dr. Mohamad Anas Putra bin Mohamed Ismail
sebagai ketua Tim Kerja Program Perubatan, dibantu oleh dr. Hanis binti Hasri dan dr. Naadira Faa’iza binti Mazlan mengelola Program Perubatan Penyantunan Pesakit yang memanfaatkan rekam medis elektronik atau disebut Medical Programme Information Systems (MPIS). Kedua staf ini juga merupakan alumni dari Fakultas Kedokteran USU dan UNPAD. Kunjungan ini juga difasilitasi oleh tim MHNexus dr. Azrin, dr. Akmal dan Pak Mohdya.

Kementerian Kesehatan Malaysia sejak 2022 telah bekerjasama dengan MHNexus untuk mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik (MPIS) pada 149 rumah sakit milik Kerajaan Malaysia. Sistem MPIS ini bersifat modular yang terdiri dari 7 komponen dan dapat digunakan secara bertahap dan saling terhubung antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Sistem MPIS selain berfungsi untuk mendukung pelayanan pasien, juga sebagai alat bantu untuk pertukaran data elektronik. Dukungan terhadap “Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh Penduduk Semua Usia” pada SDGs ke-3 dipermudah dengan sistem informasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Sistem MPIS merupakan sistem berbasis cloud yang berpusat pada mygovcloud Malaysia dan juga dilengkapi dengan Business Intelligence tool, untuk kepentingan analisis dan visualisasi.

Dengan prinsip “one patient one ID, one user one ID”, sistem MPIS diharapkan dapat mempermudah akses data pasien dan dapat menjamin “continuation of care through continuity of data between hospitals” di Malaysia. Untuk mencapai hal tersebut rumah sakit yang menggunakan sistem MPIS dapat secara bertahap untuk menerapkan 7 komponen atau fitur sistem MPIS yang berkaitan dengan:

  1. Program manajemen, yang merupakan fitur dari master fasilitas kesehatan, kapasitas rumah sakit, ketersediaan spesialis, dan diupdate setidaknya 4 kali setahun.
  2. Aset Manajemen, yang berkaitan dengan perencanaan, pembelian, dan ketersediaan alat kesehatan di rumah sakit
  3. Clinical Surveillance, seperti mortality registration
  4. Patient Management, digunakan untuk pelayanan pasien seperti ADT, outpatieent management, ward management, Order management, pharmacy, laboratory, dietary, PANCAR, PACS
  5. Medical Records Management, digunakan untuk pencarian dan penyimpanan EMR yang sudah menggunakan ICD-11 untuk klasifikasi diagnosis.
  6. HCW (healthcare workers), digunakan untuk manajemen SDM kesehatan di rumah sakit dan,
  7. Helpdesk, untuk mendukung implementasi di semua rumah sakit.

Dalam 2 tahun pelaksanaannya, sudah 80 rumah sakit (47%) sudah menggunakan sistem MPIS baik secara full maupun modular. Hanya 13 rumah sakit yang dapat menggunakan MPIS secara penuh karena keterbatasan infrastruktur dan faktor non-teknis lainnya. Implementasi MPIS yang memerlukan dukungan manajemen perubahan di internal rumah sakit menjadi kunci penting dalam kesuksesan implementasi MPIS di rumah sakit tersebut. Dari pengalaman tersebut, Tim Kerja Program Perubatan mengembangkan SOP penerapan MPIS bagi rumah sakit yang ingin mengimplementasikan. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  1. Memastikan ketersediaan Core Team di Rumah Sakit untuk mengelola implementasi MPIS. Mengidentifikasi IT Champion di rumah sakit yang dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan MPIS di rumah sakit.
  2. Memilih komponen mana yang akan digunakan di awal (komponen dan sub-modul yang akan digunakan), yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit. Implementasi MPIS direkomendasikan secara bertahap.
  3. Memastikan Ketersediaan Hardware minimum untuk implementasi MPIS.
  4. Melakukan Register, testing, UAT, dan training di rumah sakit
  5. Menyiapkan sistem MPIS (production) untuk rumah sakit, dan
  6. Go-live, yang dipantau dan dievaluasi secara berkala oleh Jabatan Kesihatan Negeri (Dinas Kesehatan) dan Kementerian Kesehatan Malaysia.

Implementasi MPIS di 14 negri (provinsi) yang mencakup 149 rumah sakit memerlukan tatakelola yang baik antara Kementerian Kesehatan, Jabatan Kesihatan Negeri, Rumah Sakit dan Vendor. Di tingkat Kementerian Kesehatan, terdapat Tim Kerja Program Perubatan yang secara penuh waktu mengelola sistem MPIS dan implementasinya di semua rumah sakit pemerintah. Terdapat 3-4 orang yang didedikasikan untuk implementasi MPIS. Di tingkat Negeri, dilantik 14 orang koordinator yang bertanggung jawab untuk mendukung, monitoring dan evaluasi implementasi MPIS. Di tingkat rumah sakit, terdapat core team yang ditetapkan untuk memfasilitasi penggunaan sistem MPIS. Di tiap-tiap Negeri, dibentuk Sister Hospital dimana rumah sakit yang sudah menerapkan MPIS membantu penerapan MPIS di rumah sakit lainnya dalam satu wilayah. Peran vendor lebih banyak melakukan pengembangan sistem, pemeliharaan, pendampingan di lapangan pada saat training maupun pengenalan awal sistem MPIS. Tatakelola implementasi menekankan peran Kementerian Kesehatan, Jabatan Kesehatan Negeri (Dinkes) dan Rumah Sakit yang lebih dominan dibandingkan dengan peran vendor.

Terlepas dari keterbatasan infrastruktur dan jaringan di rumah sakit, dr. Anas dan tim menekankan pentingnya change management pada implementasi MPIS di rumah sakit. Teknologi digital seperti MPIS merupakan alat bantu untuk pelayanan pasien dan manajemen rumah sakit. Pelibatan dokter fungsional sebagai tokoh atau IT Champion dalam core team di internal rumah sakit sangat diperlukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa resistensi penggunaan sistem lebih banyak pada klinisi. Dengan melibatkan dokter sebagai change manager, dapat mengurangi resistensi penggunaan sistem.

Di Malaysia tidak ada regulasi secara eksplisit yang mengharuskan penggunaan rekam medis elektronik. Penerapan RME lebih banyak secara sukarela yang tergantung dari kesiapan dan kebutuhan rumah sakit. Penggunaan RME lebih banyak didorong dari dampak empiris yang didapatkan berdasarkan pengalaman rumah sakit lain. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan terdapat beberapa dampak positif yang didapat dan menjadi pembelajaran bagi rumah sakit lain, seperti:

  1. Menurunkan beban kerja pelayanan pasien, terutama terjadinya pemangkasan proses administrasi pelayanan pasien. Proses verifikasi pasien, penjadwalan dapat dilakukan lebih cepat.
  2. Mempermudah pelaporan, monitoring, evaluasi untuk kepentingan manajemen rumah sakit.
  3. Penggunaan PACS system mengurangi biaya sampai dengan 73% karena tidak diperlukan film dan proses cetak gambar. Semuanya dapat diakses secara digital.
  4. Rumah sakit dapat mengurangi tempat penyimpanan, terutama pada kasus-kasus yang membutuhkan retensi dokumen rekam medis sampai 20 tahun. Pengelolaan rekam medis, seperti pencarian, melihat history pasien, juga menjadi lebih mudah dengan menggunakan rekam medis elektronik.

Kunjungan MHNexus

Selain berkesempatan mengunjungi Kementerian Kesehatan, Tim Kebijakan dan Manajemen Kesehatan berkesempatan untuk mengunjungi Kantor MHNexus di Malaysia. MHNexus fokus pada pengembangan sistem informasi kesehatan di Malaysia yang didukung oleh kurang lebih 100 orang staf. Di Malaysia, MHNexus menerapkan 4 solusi teknologi digital yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan. MPIS merupakan aplikasi RME di rumah sakit, BloodBank untuk manajemen ketersediaan darah, Health Information Exchange menggunakan FHIR Clinical Data Repository (CDR) dan Mobile Apps.

MHNexus beroperasi di Indonesia sejak Januari 2024. Beberapa produk yang ditawarkan MHNexus di branding dengan nama Ecosys, yang terdiri dari 4-5 antara lain:

  1. Ecosys Health, yang merupakan aplikasi RME untuk rumah sakit.
  2. Ecosyst Lite, digunakan untuk fasilitas kesehatan primer seperti klinik.
  3. Ecosyst Link, solusi interoperabilitas antar sistem informasi, terutama bagi fasilitas kesehatan yang sudah memiliki sistem informasi
  4. FHIR Clinical Data Repository, sebagai shared health record untuk memfasilitasi integrasi data rekam medis elektronik.

Pengalaman memfasilitasi integrasi SIMRS GOS, INA-CBGs dan VClaim di salah satu rumah sakit di Indonesia, mengindikasikan bahwa solusi integrasi teknologi digital sangat diperlukan. Terlebih lagi adanya kewajiban fasilitas kesehatan di Indonesia untuk menerapkan rekam medis elektronik yang interoperabel pada SATUSEHAT.

Reporter:

Guardian Y. Sanjaya