[Hari Kedua] “The 18th Postgraduate Forum of Health Systems and Policies:

Evidence-Based Policy for Health Reform”

6-7 Agustus 2024
Universiti Kebangsaan Malaysia
Kuala Lumpur, Malaysia

Agenda Hari-2

Plenary III: Public-Private Partnership as a Sustainable National Health Model Speaker: Brig. Jen. Dr. Mohd Arshil Moideen (National Defence University Malaysia)

Pada sesi pertama di Hari ke-2 Post Graduate Forum (PGF) ke-18 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Brig Jen (Dr) Mohd Arshil Moideen dari National Defence University Malaysia membahas topik “Public-Private Partnership (PPP) sebagai Model Kesehatan Nasional yang Berkelanjutan.” Dr. Moideen menekankan perlunya institusi kesehatan di Malaysia untuk belajar dari kendala masa lalu, seperti tantangan surge capacity selama pandemi COVID-19 dan pelaksanaan program One Health. Dengan meningkatnya beban penyakit tidak menular dan gaya hidup, serta terbatasnya anggaran kesehatan (±1,98% dari PDB), keterlibatan sektor swasta melalui PPP dianggap penting untuk mendukung program kesehatan pemerintah. Meskipun rumah sakit swasta lebih banyak, jumlah tempat tidur mereka tidak mencapai sepertiga dari rumah sakit publik, yang menunjukkan konfigurasi sektor swasta yang lebih menguntungkan. Dr. Moideen juga menyoroti beberapa tantangan dalam penerapan PPP, termasuk rendahnya political will, komitmen stakeholder, penerimaan publik, teknologi yang disalahgunakan, keterbatasan dana, dan belum adanya kerangka hukum serta struktur tata kelola yang mendukung PPP yang efektif.

Plenary IV: Health Financing Reforms – Incorporating Strategic Purchasing Speaker: Prof. Dr. Supasit Pannarunothai (Centre for Health Equity Monitoring Foundation, Thailand)

Pemaparan pada Plenary IV oleh Prof. Dr. Supasit Pannarunothai, seorang pakar pembiayaan kesehatan, menyoroti pentingnya efektivitas dan efisiensi dalam layanan kesehatan, dengan fokus pada integrasi reformasi ke dalam pembelian strategis. Ia menekankan keadilan dalam alokasi sumber daya dan akses gratis, serta penggunaan alat seperti Kakwani Index dan Diagram Lorenz untuk menganalisis distribusi beban pajak di berbagai kelompok pendapatan. Sejarah UHC di Thailand dan kebijakan “Satu ID Bisa Kemana Saja” diuraikan sebagai langkah penting dalam meningkatkan akses layanan kesehatan, meskipun terdapat tantangan terkait beban finansial dan kesulitan di daerah terpencil. Penelitian komparatif antara Thailand dan Indonesia menunjukkan keunggulan Thailand dalam menyediakan paket komprehensif dengan biaya rendah. Pemaparan ditutup dengan diskusi mengenai kompleksitas pembiayaan kesehatan dan perlunya pendekatan yang lebih terkoordinasi untuk mencapai keadilan, efisiensi, dan efektivitas dalam alokasi sumber daya.

Panel Discussion: Healthcare Reform: Are We Really Serious? Speakers: Prof Dr Supasit Pannarunothai (Thailand), Dr Lutfan Lazuardi (Indonesia), Prof Emeritus Dato’ Dr Syed Mohamed Aljunid (Malaysia)

Pada panel diskusi bertema “Healthcare Reform: Are We Really Serious?” yang menutup rangkaian konferensi internasional 18th Post-Graduate Forum (PGF) on Health System and Policies 2024, tiga pakar kesehatan dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia berbagi pandangan mereka mengenai tantangan dan peluang dalam reformasi sistem kesehatan di Asia Tenggara. Prof. Dr. Supasit Pannarunothai dari Thailand mengungkapkan kekhawatirannya tentang disrupsi digital dalam kesehatan yang, meskipun memberikan banyak manfaat, dapat menimbulkan masalah serius jika tidak dikelola dengan berkelanjutan. Dr. Lutfan Lazuardi dari Indonesia menekankan pentingnya transformasi digital, seperti telemedisin, sebagai solusi untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan di negara kepulauan terbesar di dunia. Di sisi lain, Prof. Emeritus Dato’ Dr. Syed Mohamed Aljunid dari Malaysia menyoroti perlunya analisis kritis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi reformasi kesehatan, serta pentingnya tindakan kolektif untuk menciptakan sistem layanan kesehatan yang lebih adil dan efisien, dengan fokus pada empat pilar dalam The Health White Paper (HWP) Malaysia.

Konferensi ini menjadi platform penting untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan perspektif antar negara mengenai isu-isu kebijakan kesehatan global. Dengan diskusi yang dinamis dan relevan, para pembicara sepakat bahwa meskipun reformasi kesehatan telah lama menjadi agenda, tantangan dalam implementasinya masih cukup besar dan memerlukan pendekatan yang lebih serius dan terkoordinasi. Melalui kolaborasi lintas negara, diharapkan reformasi sistem kesehatan dapat lebih efektif di masa depan, membawa perbaikan yang signifikan dalam efisiensi, keadilan, dan kualitas layanan kesehatan di seluruh Asia Tenggara.

Presentasi Oral dan Poster

Selain sesi pleno dan diskusi panel, para partisipan yang mendaftar juga mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka baik dalam presentasi oral maupun poster. Pada kesempatan ini, terdapat 31 perwakilan mahasiswa S2 dan S3 serta peneliti, yang mewakili UGM dalam forum ini. Kegiatan presentasi dibagi ke dalam tiga sesi, masing-masing sesi dibagi dalam tiga ruangan yang berlangsung secara paralel. Setiap ruangan diisi oleh 7 hingga 8 peserta yang memaparkan hasil penelitian mereka, mencakup berbagai aspek sistem dan kebijakan kesehatan. Presentasi ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam sistem kesehatan global, dengan fokus pada penerapan kebijakan berbasis bukti. Bagi yang tertarik, abstrak dari setiap penelitian yang dipresentasikan dapat diakses melalui link berikut: PROGRAMME BOOK 

Acara ini menekankan pentingnya kebijakan berbasis bukti dalam upaya reformasi kesehatan yang bertujuan menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan dan efisien. Kolaborasi antara pemangku kepentingan, penanganan hambatan implementasi, serta adopsi strategi inovatif menjadi kunci dalam mewujudkan perubahan transformatif yang meningkatkan akses, kualitas, dan kesetaraan layanan kesehatan bagi semua. Diskusi yang berlangsung selama presentasi oral dan poster berlangsung menarik, meskipun waktu terbatas, dengan topik yang mencakup validitas data, relevansi hasil, serta rekomendasi yang dapat diimplementasikan. Diskusi ini memberikan wawasan baru dan solusi inovatif untuk tantangan kesehatan di berbagai tempat dan level.Diluar kegiatan ilmiah, forum ini juga menyelenggarakan kegiatan Gala Dinner untuk memberikan ruang bagi para partisipan saling mengenal, membangun koneksi, dan menunjukkan budaya masing-masing negara. Perwakilan tim Indonesia juga menunjukkan penampilan Line Dance “Cinta Indonesia”.

Pada acara penutup, perwakilan Universitas Gadjah Mada berhasil memperoleh dua Best Oral Presentation, atas nama Diah Ayu Puspandari dengan judul presentasi “Budgeting for Health Program is Not Just a Number: A Challenge for Indonesia” dan Ichlasul Amalia dengan judul presentasi “Understanding the Acceptability of Digital Healthcare Services in Islamic Boarding Schools: A Qualitative Study in Semarang, Indonesia”. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada para juri dari tiga negara yang telah berkontribusi dalam penilaian presentasi ilmiah. Pada penutupan ini juga diumumkan bahwa acara Post-Graduate Forum yang ke-19 akan dilaksanakan pada bulan Juli 2025 di Universitas Gadjah Mada, Indonesia dengan tema “Policy and Action for Sustainable Health”. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan PGF-19, dapat mengunjungi website https://postgraduateforum.net/.

Reporter: Beti Herlina, Deskantari Murti Ari, Dewi Arifahni, Haryo Bismantara, Ichlasul Amalia, Lusha Ayu Astari, Nila Munana, Tantrypada Thursina, Tatik Haryanti

 

Berikut dokumentasi “The 18th Post-Graduate Forum of Health Systems and Policies: Evidence-Based Policy for Health Reform”.

© Copyright - Departemen Kebijakan & Manajemen Kesehatan UGM