Pengukuran Jejak Karbon di Fasilitas Kesehatan: Langkah Strategis Menuju Pelayanan Kesehatan Berkelanjutan dan Tangguh Terhadap Perubahan Iklim
Pandemi telah memberikan pelajaran penting bahwa perubahan iklim seperti peningkatan suhu dan perubahan curah hujan perlu segera diantisipasi. Indonesia, sebagai negara kepulauan di garis khatulistiwa, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan permukaan laut. Perubahan iklim juga memicu penyebaran patogen melalui air, udara, makanan, dan vektor, yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan diare. Diperkirakan, kasus demam berdarah di beberapa kota di Indonesia akan terus meningkat hingga 2045.
Sektor kesehatan, yang berkontribusi sekitar 4,4% dari total emisi global atau setara dengan 2 gigaton karbon dioksida, memiliki tanggung jawab besar dalam mengatasi krisis ini. Angka ini setara dengan emisi dari 514 pembangkit listrik tenaga batu bara, menjadikan sektor kesehatan salah satu penghasil emisi terbesar di dunia, seolah-olah ia merupakan negara kelima dengan emisi tertinggi. Indonesia sendiri berada di peringkat kesepuluh sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dunia, terutama dari penggunaan lahan dan energi.
Dalam rangka mendukung inisiatif pengurangan jejak karbon di sektor kesehatan, tim Pengabdian Masyarakat telah melakukan penyusunan kuisioner jejak karbon untuk mengukur dan menganalisis emisi di berbagai fasilitas kesehatan. Kuisioner ini dirancang dengan cermat melalui kolaborasi antara ahli lingkungan dan kesehatan, serta didasarkan pada kajian literatur terkini. Fokus utama kuisioner adalah mengumpulkan data rinci terkait konsumsi energi, penggunaan air, manajemen limbah, serta praktik transportasi dan logistik di rumah sakit. Informasi yang diperoleh akan membantu mengidentifikasi area-area yang memerlukan intervensi guna mengurangi dampak lingkungan. Kuisioner ini tersedia dalam format online melalui platform Kobotoolbox, yang memungkinkan pengisian data secara mandiri oleh responden.
Untuk meningkatkan partisipasi, kuisioner disebarkan kepada jejaring rumah sakit bersamaan dengan kegiatan Seminar Nasional Dies MMR ke-30 yang diadakan pada 6 Juli 2024 di Harris Convention Center, Bali dengan mengusung tema “Menjadi Rumah Sakit yang Responsif, Adaptif, dan Antisipatif” menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya rumah sakit ramah lingkungan. Seminar ini dihadiri oleh para alumni Magister Manajemen Rumah Sakit (MMR) dari seluruh Indonesia, yang sebagian besar merupakan pemimpin di berbagai fasilitas kesehatan. Pada sesi kedua seminar, pembicara seperti dr. Lutfan Lazuardi dan bu Dewi Sarastuti, SKM, MPH memaparkan pentingnya transformasi manajemen rumah sakit dari sistem manual ke digital dan penerapan konsep “Zero Carbon” atau “Zero Hospital” untuk mencapai keberlanjutan pelayanan kesehatan.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat Tim Climate-Resilient juga melaksanakan agenda workshop dengan tema “Transformasi Digital untuk mendukung Climate-Resilient dan Sustainable Healthcare”, yang mencakup diskusi mengenai penerapan teknologi digital dalam pengurangan jejak karbon di Fasilitas Kesehatan. Workshop ini berlangsung secara hybrid, untuk menjaring lebih banyak peserta dan menghadirkan narasumber dari berbagai bidang terkait, termasuk ahli dari University o of Melbourne. Fasilitas kesehatan di lingkungan UGM dan daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, diundang untuk berpartisipasi dalam workshop ini.
Rumah Sakit Akademik UGM, Klinik Gadjah Mada Medical Center, Puskesmas Mlati II serta RSGM UGM PROF. Soedomo mejadi fasilitas kesehatan yang berkontribusi dalam pengisian survei jejak karbon sebagai langkah peningkatan kesadaran dan inisiatif praktik baik untuk penurunan jejak karbon. Dari hasil survei, sektor transportasi dan penggunaan peralatan medis habis pakai menjadi faktor yang cukup mempengaruhi emisi karbon di fasilitas kesehatan sehingga membutuhkan upaya lebih dalam mengurangi emisi karbon untuk menuju fasilitas kesehatan yang lebih ramah lingkungan.
Inovasi dalam penghitungan jejak karbon di fasilitas kesehatan diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengurangi emisi karbon di sektor kesehatan. Langkah ini bukan hanya mendukung penurunan jejak karbon, tetapi juga mempercepat terciptanya sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim. Dengan menerapkan teknologi hemat energi seperti panel surya dan peralatan efisien, mengganti kendaraan operasional dengan yang ramah lingkungan, serta mengelola limbah medis secara berkelanjutan, fasilitas kesehatan dapat berperan aktif dalam mengatasi krisis iklim. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, dan media—diperlukan untuk mendukung inovasi ini melalui kebijakan yang tepat, inovasi teknologi, dan kampanye kesadaran publik yang berkelanjutan.
Link carbon calculator berikut dapat diisi bagi fasilitas kesehatan yang ingin berkontribusi sebagai praktik baik dalam penurunan jejak karbon dari aspek kesehatan:
- Pengembangan carbon calculator untuk mengukur jejak karbon di fasilitas -> http://ugm.id/SurveyJejakKarbonFaskes
- Modul pengisian carbon calculator -> http://ugm.id/ModulCarbonCalculator
- Learning Management System: Transformasi Digital untuk Climate Resilient dan Sustainable Healthcare di fasilitas kesehatan (dapat diakses untuk umum) -> https://gamel.fk.ugm.ac.id/course/view.php?id=1362
Berikut dokumentasi Workshop Transformasi Digital untuk mendukung Climate-Resilient dan Sustainable Healthcare di RSA UGM