Reportase Diskusi Manajemen Pendidikan Tinggi:
Penyegaran akademik Prof. Laksono Trisnantoro Usai Tiga Tahun Off dari Kampus.
29 Oktober 2024
Yogyakarta, Selasa, 29 Oktober 2024 – Diskusi Manajemen Pendidikan Tinggi digelar di Auditorium Gedung Tahir, FK-KMK UGM, menyoroti perjalanan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD., dosen senior Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, selama tiga tahun di luar kampus. Acara ini mengulas pengalaman beliau saat bertugas sebagai Staf Khusus Menteri Kesehatan (SKM) di masa pandemi Covid-19, sekaligus merencanakan kontribusi akademisnya ke depan di UGM.
Dalam diskusi tersebut, Prof Laksono menceritakan pengalamannya sejak ditarik oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, pada tahun 2021. Ia ditempatkan di Kemenkes dengan tugas khusus menangani ketahanan industri obat dan alat kesehatan. Laksono menyampaikan bahwa pengalaman ini dijalani dengan pendekatan sabatikal, meski bukan sabatikal formal. Prinsip tersebut ia terapkan untuk memastikan tetap ada kesinambungan akademis selama masa penugasan, dengan tetap menjalankan perannya sebagai dosen dengan mengajar secara daring setiap Senin, dan kembali dalam waktu sekitar 3 tahun.
Selama masa tugasnya, Prof Laksono aktif terlibat dalam berbagai kegiatan Ketahanan Industri Obat dan ALkes, penyusunan UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan PP No. 28 Tahun 2024. Ia juga berkontribusi dalam proyek medical wellness dan pengembangan kebijakan industri, serta turut membantu BUMN dalam menjaga integritas organisasi. Hasilnya dapat dimanfaatkan untuk Kemenkes dan dalam perspektif akademik untuk pribadi, FK-KMK UGM, dan UGM serta berbagai universitas lainnya.
Dalam diskusi tersebut, Prof. Laksono juga memaparkan rencana ke depan untuk lima tahun mendatang, menjelang pensiun pada 2031. Ia berkomitmen mengembangkan jaringan riset kebijakan dan memperkuat kolaborasi lintas departemen di FK-KMK UGM. Beberapa inisiatif baru termasuk pengembangan modul pelatihan kebijakan dan manajemen kesehatan serta peningkatan sinergi akademik dengan industri obat dan teknologi kesehatan. Diskusi ini diakhiri dengan pertanyaan reflektif, “Apakah masa tiga tahun ini bisa dianggap sebagai cuti sabatikal?” Laksono berharap pengalaman ini bisa memicu diskusi lebih lanjut tentang pentingnya sabatikal bagi dosen di Indonesia. Kegiatan ini juga membuka ruang untuk memperkuat strategi manajemen pendidikan tinggi dan transformasi kesehatan di lingkungan akademis dan pemerintahan.
Dengan selesainya masa tugas di Kemenkes, Prof. Laksono kembali ke UGM dengan semangat yang diperbaharui dan kesiapan penuh untuk berkontribusi dalam pengembangan akademik dan kebijakan publik. Beliau berharap diskusi ini memicu pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya ‘sabatikal’ bagi dosen dan mendorong sinergi yang lebih erat antara akademisi dan pembuat kebijakan untuk memajukan pendidikan dan layanan kesehatan di Indonesia
Reporter:
- Nila Munana, SHG., MHPM
- Aninditya Ratnaningtyas, S.Gz., M.Sc.
- Andini Prasetyawati, S.Tr.RMIK
- Iztihadun Nisa, SKM., MPH
- dr. Srimurni Rarasati, MPH
- dr. Ichlasul Amalia, MPH.