Reportase Seminar Rabuan
Advancing Digital Innovation for Health
Pada hari Rabu, 30 Oktober 2024, Program Studi Magister Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (SIMKES) bekerja sama dengan Angsana Health Malaysia dan Kanal FKKMK UGM menyelenggarakan seminar rutin yang mengusung tema Advancing Digital Innovation for Health. Seminar yang berlangsung pukul 10.00 WIB ini menghadirkan dua pembicara yang memaparkan berbagai perspektif terkait inovasi digital dalam bidang kesehatan, yang selaras dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs), terutama pada poin ketiga, yakni memastikan kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Sesi Pertama: Digital Innovations in Healthcare oleh Esther Chua
Pembicara pertama, Esther Chua dari Angsana Health Malaysia, menyampaikan materi bertajuk Digital Innovations in Healthcare – Lessons from Angsana Health’s Practical Solutions. Esther menjelaskan bahwa inovasi digital berperan penting dalam meningkatkan kesehatan populasi melalui kebijakan, sistem, dan layanan yang lebih mudah diakses. Salah satu contoh inovasi digital yang diusung dan dikembangkan oleh Angsana adalah Asynchronous Virtual DOTS (AV-DOTS), sebuah solusi untuk membantu pasien tuberculosis (TB) di Asia Tenggara agar lebih patuh dalam menjalani pengobatan.
Esther memaparkan bahwa TB merupakan tantangan besar dengan lebih dari 2,1 juta kasus baru di Asia Tenggara setiap tahunnya. Namun, hanya sekitar 47-95% pasien TB yang berhasil menyelesaikan pengobatan mereka. AV-DOTS diusulkan sebagai solusi untuk menggantikan metode Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) konvensional yang memerlukan kunjungan langsung pasien ke klinik. Angsana Health telah menjalankan pilot project AV-DOTS di beberapa klinik di Malaysia sejak Desember 2022, dengan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan hingga 60%.
Inovasi AV-DOTS memungkinkan pasien mengunggah video saat mengkonsumsi obat TB, yang kemudian ditinjau oleh pengamat Angsana dan dicatat dalam sistem lokal. AV-DOTS memiliki keunggulan karena lebih andal, hemat biaya, nyaman, dan seimbang untuk kebutuhan pasien. Selain itu, Esther menekankan pentingnya empat faktor pendorong adopsi inovasi, yaitu kemajuan teknologi, pengembangan kapasitas keterampilan, dukungan struktural-politik, serta pemahaman budaya yang baik.
Sesi Kedua: Kecerdasan Artifisial dalam Praktek Dokter Gigi oleh Drg. Achmad Zam Zam Aghasy, M.Kes
Pembicara kedua, Drg. Achmad Zam Zam Aghasy, M.Kes, membawakan materi mengenai penerapan kecerdasan artifisial (AI) dalam praktek dokter gigi melalui aplikasi Carigi Indonesia. Carigi adalah aplikasi manajemen klinik yang terintegrasi dengan sistem Satu Sehat, mendukung pemenuhan kebijakan Rekam Medis Elektronik (RME) yang terstandar. Aghasy menjelaskan pentingnya dokter gigi untuk memahami sistem ICD-10 untuk diagnosis, ICD-9 CM untuk tindakan, dan kode odontogram dalam mendukung dokumentasi RME.
Aghasy juga menguraikan tantangan yang dihadapi dalam penerapan RME, termasuk adaptasi dari sistem tulisan tangan ke digital serta kebutuhan pengelolaan waktu yang baik. Dalam konteks AI, teknologi ini dapat membantu dokter gigi dalam analisis risiko, penegakan diagnosis, dan penyusunan rencana perawatan berdasarkan kondisi pasien. Berbagai AI komersial seperti ChatGPT, Gemini, dan Claude telah mencapai akurasi yang tinggi dalam tes kedokteran gigi, memberikan nilai tambah dalam membantu tenaga medis. Inovasi ini mendukung agenda SDGs melalui peningkatan kualitas layanan kesehatan yang efisien, berkelanjutan, dan inklusif bagi semua masyarakat.
Di sisi lain, Aghasy menekankan bahwa penerapan AI harus mematuhi prinsip-prinsip etika seperti menjaga otonomi dan keamanan manusia, menjamin transparansi, serta menghormati hak privasi pasien. Data medis yang diunggah ke Carigi, seperti foto KTP, juga perlu dianonimkan untuk melindungi privasi pasien sesuai peraturan.
Pada sesi tanya jawab, peserta mengangkat berbagai topik, mulai dari kemungkinan penerapan AV-DOTS di Indonesia hingga kerangka kerja AI di Carigi. Salah satu pertanyaan menarik datang dari audiens yang menanyakan tentang kelayakan AV-DOTS di Indonesia, mengingat besarnya tantangan TB di negara ini. Aghasy menjelaskan bahwa AI di Carigi memberikan fleksibilitas bagi dokter gigi dalam memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan klinis mereka.
Acara seminar ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Malaysia dalam bidang kesehatan digital, dengan harapan dapat mengembangkan Memorandum of Understanding (MoU) antara UGM dan Angsana Health di masa mendatang. Selain itu, pentingnya dukungan kebijakan yang jelas dan infrastruktur digital yang memadai, terutama terkait implementasi RME dan penggunaan AI di bidang kedokteran gigi. Dengan dukungan kebijakan, seperti peraturan RME yang terhubung dengan Satu Sehat, inovasi-inovasi ini dapat diadopsi secara lebih merata dan efektif. Adopsi AI di sektor kesehatan diharapkan terus memperhatikan aspek privasi data pasien serta prinsip-prinsip etis dalam teknologi kesehatan. Dengan adanya regulasi yang tepat, teknologi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat tanpa mengabaikan hak-hak pasien.
Reporter:
Andini Prasetyawati
Putri Ardhani
Aninditya Ratnaningtyas