Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini membahas tentang Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia baik pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas pelayanan kesehatan rujukan, konsep  dan  penerapan  manajemen  mutu  dalam  pelayanan  kesehatan  dan  peran  Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai regulator mutu, dan lembaga independen pelaksana akreditasi yang merupakan salah satu mekanisme regulasi.
Penerapan manajemen mutu pada lembaga pelayanan kesehatan dibahas mulai dengan mengenal isu terkini dalam pelayanan kesehatan, misalnya Jaminan Kesehatan Nasional pada era 2014 sampai dengan 2019 dengan segala dinamika dan persoalan mutu yang terkait dengan isu terkini tersebut. Pendekatan  Rantai  Efek  Perbaikan  Mutu  dari  Donald  Berwick  digunakan  untuk menganalisis permasalahan mutu terkait dengan isu yang diangkat mulai dari pengalaman klien, system mikro pelayanan, system organisasi, dan system lingkungan.
Dalam mata kuliah ini dibahas tentang regulasi mutu yang meliputi perijinan, akreditasi dan sertifikasi.  Peran Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai regulator dan aplikasinya didiskusikan dalam mata kuliah ini, peran lembaga independen pelaksana akreditasi, demikian juga peran masyarakat dalam regulasi mutu.

Tujuan Mata Kuliah

Tujuan Umum
Pada akhir mata kuliah, mahasiswa akan mempelajari bagaimana menganalisis kebijakan dan regulasi pelayanan kesehatan, membangun sistem manajemen mutu pada fasilitas pelayanan kesehatan, melakukan analisis masalah mutu dan keselamatan dalam pelayanan, dan menyusun program kegiatan untuk melakukan perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini maka:

  1. Melakukan analisis kebijakan dan regulasi mutu pelayanan kesehatan
  2. Melakukan analisis masalah mutu dalam pelayanan kesehatan
  3. Membangun sistem manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
  4. Melakukan standardisasi mutu pelayanan kesehatan
  5. Menerapkan peningkatan mutu yang berkesinambungan dalam pelayanan kesehatan
  6. Melakukan analisis risiko dan membangun sistem keselamatan dalam pelayanan kesehatan

Evaluasi Pembelajaran

  • Penugasan (@10%)
    1. Menemukan artikel yang terkait dengan masalah safety dan mutu pelayanan kesehatan: lessons learnt dan analisis dengan Kerangka Berwick (Individu)
    2. Berpartisipasi dalam pembelajaran mutu yang diselenggarakan oleh pihak internasional (kelompok)
    3. Menyusun rangkuman bab dalam buku (kelompok)
    4. Berpartisipasi menulis di website mutupelayanankesehatan (individu)
  • Ujian (60%)
    1. Tengah semester: 20% (bentuk tertulis)
    2. Akhir semester: 40% (penugasan utama)
  • Presensi
    1. Memenuhi 75% sebagai syarat mata kuliah

Sesi 1. Safety and Quality serta Model Berwick dalam Mutu Pelayanan Kesehatan

Deskripsi

Selamat bergabung dengan mata kuliah Kebijakan dan Manajemen Mutu  2018, peminatan klaster Health Policy and Management. Mata kuliah ini bertujuan untuk: 1) menganalisis masalah keselamatan pasien, kebijakan dan manajemen mutu pelayanan kesehatan; 2) mengidentifikasi intervensi perbaikan keselamatan pasien dan mutu pelayanan; 3) memahami sistem menajemen mutu dan memilih pendekatan-piranti peningkatan mutu; dan 4) menyusun program kegiatan untuk melakukan perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Pada mata kuliah ini, mahasiswa akan diperkenalkan berbagai macam upaya perbaikan mutu menggunakan konsep rantai efek perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh Donald Berwick. Menggunakan konsep tersebut, terdapat beberapa simpul perubahan dalam upaya peningkatan mutu yang saling terkait, mulai dari pengalaman pasien dan masyarakat, sistem mikro pelayanan klinis, sistem organisasi pelayanan, dan lingkungan pelayanan kesehatan. Dengan memahami dan menganalisis di setiap simpul perubahan, maka diharapkan mahasiswa dapat melakukan perubahan sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

Gambar. Konsep rantai efek perbaikan mutu pelayanan kesehatan (Berwick model, 2001)

Gambar. Struktur sesi perkuliahan

Dosen Pengampu

Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD

Materi

Safety and Quality serta Model Berwick dalam mutu pelayanan kesehatan

Bahan Bacaan

The John Eisenberg Lecture: Health Services Research as a Citizen in Improvement


Sesi 2. Pemberdayaan Pasien dan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan 

Deskripsi

Dalam konsep Rantai efek perbaikan mutu Berwick, simpul yang pertama adalah pasien dan masyarakat. Sesi kuliah “pasien dan masyarakat sebagai mitra pelayanan” mendeskripsikan peran pasien dan masyarakat dalam meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan.
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan ke arah patient-centered care bahkan ke person-centered care menguatkan pemikiran bahwa pasien diharapkan berpartisipasi aktif sebagai mitra penyedia layanan kesehatan. Partisipasi pasien dapat dikembangkan pada setiap simpul rantai efek Berwick, mulai dari pengalaman pasien, tingkat pelayanan, tingkat organisasi, dan tingkat lingkungan eksternal.
Dengan demikian, partisipasi pasien dapat dilakukan untuk:

  1. membantu proses diagnosis & pengobatan
  2. mengembangkan pelayanan
  3. membuat keputusan strategik
  4. mendorong lingkungan luar RS

Faktanya partisipasi pasien dan masyarakat belum menjadi gerakan yang kuat di Indonesia. Padahal peran pasien dalam keselamatan pasien dan peningkatan mutu sangatlah banyak, misalnya melaporkan KTD, melaporkan komplikasi akibat operasi, mendokumentasikan daftar obat yang diminum, mengingatkan petugas kesehatan untuk mencuci tangan dan sebagainya.
Pentingnya peran pasien dan masyarakat juga tercermin dari berbagai ukuran dalam outcome pelayanan. Berbagai studi mendokumentasikan berbagai metode dan alat ukur untuk mengukur kepuasan pasien dan pengalaman pasien. Belakangan ini, ukuran pengalaman pasien semakin banyak digunakan oleh karena peningkatan mutu lebih mudah ditindaklanjuti.

Dosen Pengampu 

Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD
Materi
Pemberdayaan pasien dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan

Bahan Bacaan

  1. Engaging Patients at the Front Lines of Primary Care Redesign: Operational Lessons for an Effective Program
  2. Orasi Ilmiah RSUP. Dr. Sardjito

Sesi 3. Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien

Deskripsi:

Sistem mikro pelayanan klinis merupakan esensi dari setiap pelayanan kesehatan, karena pada tingkatan inilah pasien, keluarga dan tim pemberi pelayanan berinteraksi. Seluruh pengalaman yang dirasakan pasien, keluarga dan tim pemberi pelayanan berasal dari kegiatan di sistem mikro ini. Apakah menerima pelayanan yang aman, efektif, tepat waktu dengan cara yang menghargai pasien dan keluarganya? Jawabannya terdapat di sistem mikro ini.

Dalam memberikan pelayanan klinis kepada pasien, keluarga dan masyarakat, tidak ada yang dapat menjamin bahwa risiko sebagai dampak dari pelayanan kesehatan tidak akan diterima pasien. Telah disadari bahwa rumah sakit dan pelayanan kesehatan pada umumnya berisiko tinggi, oleh karenanya risiko perlu dikenali sedini mungkin dan diminimalkan. Dokter sebagai pemimpin timpelayanan kesehatan tidak dapat bekerja sendiri, namun berkolaborasi dengan tenaga lain seperti perawat, bidan, apoteker, analisis laboratorium, radiografer dan tenaga lainnya. Pada sesi ini, mahasiswa diperkenalkan pentingnya manajemen risiko sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Manajemen risiko adalah setiap upaya untuk meminimalkan risiko adverse events yang terjadi dalam organisasi dengan secara sistemik melakukan penilaian, penelaahan, dan mencari cara untuk mencegah terulangnya kembali risiko yang sama. Manajemen risiko dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari identifikasi risiko, menilai risiko, meminimalkan risiko dan menghitung biaya dan dampak risiko.

Manajemen risiko dilakukan untuk:

  1. mengelola risiko akibat tindakan;
  2. mengelola risiko pada staf dan risiko yang berkaitan dengan mutu pelayanan;
  3. mengelola risiko agar memenuhi target lembaga atau kebijakan nasional;
  4. mengelola risiko untuk efisiensi pelayanan; dan
  5. mengelola risiko untuk memelihara reputasi rumah sakit.

Dosen Pengampu

Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD

Materi

Manajemen risiko dan keselamatan pasien

Bahan Bacaan

Quality by Design A Clinical Microsystems Approach


Sesi 4. Metoda analisis risiko dengan FMEA

Deskripsi

Cara lain melakukan analisis risiko pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah dengan Failure-Mode Effect Analysis (FMEA). Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa menggunakan FMEA, yang merupakan suatu teknik yang digunakan untuk perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan pasien. FMEA dapat memberikan informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang mungkin dapat terjadi dan tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.
FMEA dilakukan oleh tim yang terdiri dari perwakilan manajemen, orang yang terlibat dalam pelayanan yang akan dilakukan FMEA, dan orang yang sudah pernah mendapat pelatihan FMEA atau fasilitator. FMEA dilakukan pada kasus yang belum terjadi.
FMEA dilakukan melalui beberapa tahapan

  1. menentukan konteks
  2. mengidentifikasi risiko
  3. melakukan analisa severity dan frekuensi
  4. mengevaluasi risiko
  5. menganalisis risiko
  6. Proses FMEA harus dikomunikasikan kepada semua unit dan dilakukan monitoring evaluasi

Dosen Pengampu

dr. Hanevi Djasri, MARS

Materi

Metoda analisis risiko dengan FMEA

Bahan Bacaan

  1. Using Healthcare Failure Mode and Effect Analysis Tool to Review the Process of Ordering and Administrating Potassium Chloride
  2. Redesign Pelayanan Farmasi dengan Metode FMEA
  3. FMEA-blood transfusion
  4. FMEA for preventing chemotherapy errors

Sesi 5. Metoda Analisis Risiko dengan RCA

Deskripsi

Untuk setiap permasalahan mutu yang ditemukan, selalu ada penyebabnya. Root cause analysis (RCA) merupakan salah satu tools untuk analisa risiko. RCA dilakukan setelah terjadi masalah, misalnya pada pasien yang mengalami operasi salah sisi.
RCA adalah proses mengenali faktor-faktor yang mendasari atau menjadi penyebab terjadinya variasi kinerja. Variasi kinerja dapat berakibat terjadinya hasil yang tidak diharapkan atau yang tidak diinginkan, termasuk terjadinya kejadian sentinel yang berakibat kematian atau kecacatan fisik dan/atau psikologis yang serius atau risiko yang dapat berakibat kematian atau kecacatan serius. Pada sesi ini mahasiswa akan dipandu untuk mengenali tahapan dalam melakukan RCA.

Dosen Pengampu

dr. Hanevi Djasri, MARS

Materi

Metoda analisis risiko dengan RCA

Bahan Bacaan

  1. A root-cause analysis of maternal deaths in Botswana: towards developing a culture of patient safety and quality improvement
  2. Root Cause Analysis Reports Help Identify Common Factors In Delayed Diagnosis And Treatment Of Outpatients

Sesi 6. Standard dan Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan

Deskripsi

Pembelajaran mata kuliah standar dan indikator mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu bagian daripendekatan Donald Berwick, kuliahini bertujuan untuk:

  • Memahami definisi standar
  • Menjelaskan pentingnya standar dalam memberikan pelayanan kesehatan
  • Menjelaskan jenis-jenis standar
  • Memahami langkah penyusunan standar
  • Memahami indikator mutu sebagai cara memantau dan mengevaluasi standar

Standar adalah tingkat mutu yang relevan terhadap suatu kinerja (standard is an expected level of performance). Standar digunakan untuk mengurangi variasi proses, meningkatkan keselamatan pasien dan penyedia pelayanan serta persyaratan untuk disebut profesional. Jenis standar bermacam-macam, mulai dari menurut Donabedian, Burrill & Ledolter, dan MuirGray. Paling lazim digunakan jenis standar menurut Donabedian.

Gambar 1. Jenis standar menurut Donabedian

Bagaimana cara melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) terhadap standar pelayanan? MONEV dapat dilakukan secara internal dan eksternal rumah sakit. Secara internal melalui sertifikat kompetensi tenaga kesehatan, clinical audit, clinical indicators dan secara eksternal dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui benchmark indikator terhadap seluruh institusi pelayanan di wilayah kerja.

Gambar 2. Monitoring dan Evaluasi Standar

Dosen Pengampu

dr. Hanevi Djasri, MARS

Materi

Standard dan indicator mutu pelayanan kesehatan

Bahan Bacaan

  1. AHRQ patient safety indicator 2007
  2. Australia clinical indicator
  3. Clinical indikator development
  4. Health and related indicator
  5. Inpatient clinical indicator
  6. PMK 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
  7. Quality of care
  8. The good indicator guide

Sesi 7. Sistem Manajemen Mutu

Deskripsi

Perkuliahan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sistem manajemen mutu di fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem manajemen mutu merupakan  suatu rangkaian fungsi untuk mengelola sumber daya yang ada dalam organisai dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan. Sistem manajemen mutu dilakukan berdasarkan pendekatan proses, mulai dari: 1 tanggung jawab manajemen,  2) mengelola sumber daya, 3) memberikan pelayanan, dan 4) mengukur, analisa dan melakukan perbaikan.

Gambar.  Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Pendekatan Proses

Dosen Pengampu
dr. Hanevi Djasri, MARS

Materi

Sistem manajemen mutu

Bahan Bacaan

  1. Quality management in health care contributing to patient safety and efficiency of business operation
  2. Introduction to healthcare quality management
  3. Quality management for health care delivery
  4. Measures for Improving The Quality of Health Care
  5. Standard ISO 9001_2015

Sesi 8. Komitmen, dan Tata Nilai/Budaya Mutu

Deskripsi

Kepemimpinan dan budaya mutu merupakan tanggung jawab manajemen. Bagaimana seorang pemimpin menerapkan kepemimpinan dan Budaya mutu? Meningkatkan budaya mutu sulit, dibutuhkan quality leadership untuk menerapkannya. Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang dihasilkan oleh lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan dan meningkatkan mutu.

Gambar. Budaya Mutu Multi Level

Perkuliahan ini membahas budaya mutu secara komprehensif, yaitu:

  1. Pengertian budaya mutu
  2. Perbedaan budaya mutu dengan budaya tradisional
  3. Kepemimpinan dalam perubahan budaya mutu
  4. Prinsip dasar perubahan budaya mutu
  5. Resistensi terhadap perubahan budaya mutu
  6. Cara mewujudkan budaya mutu
  7. Cara menjaga budaya mutu

Dosen Pengampu

Prof.dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., PhD

Materi

Komitmen, dan tata nilai/budaya mutu

Bahan Bacaan

  1. High Value Palliative Care
  2. How Employers Can Improve Value
  3. Improving Quality and Safety
  4. Organizational Commitment
  5. Shared Commitment to Quality
  6. The Value and Impact of Health Care Accreditation

Sesi 9. Kepemimpinan dalam Manajemen Mutu

Deskripsi

Kepemimpinan dalam manajemen mutu banyak dibutuhkan oleh semua institusi, tidak hanya di dunia kesehatan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien agar sesuai dengan evidence based terbaik dan terkini. Kepemimpinan mutlak diperlukan dalam manajemen mutu. Kepemimpinan dalam manajemen mutu merupakan kebutuhan untuk mengoptimalkan potensi seluruh profesi dibidang layanan kesehatan yang digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Manajemen dan kepemimpinan adalah hal berbeda namun saling melengkapi. Fakta yang terjadi saat ini bahwa pelaksanaan kepemimpinan dalam manajemen mutu mengalami Kendala karena kepemimpinan pada semua level belum mendukung kepemimpinan level puncak. Mata kuliah ini memberikana gambaran kepada mahasiswa tentang pentingnya “kepemimpinan dalam manjemen mutu”.

Dosen Pengampu

Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., PhD

Materi

Clinical Leadership Oleh Swanwick dan Judy McKimm


Sesi 10. Peningkatan Mutu yang Berkesinambungan

Deskripsi

Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang metode peningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara berkesinambungan di fasilitas layanan kesehatan. Peningkatan mutu secara berkesinambungan dapat terjadi jika tenaga kesehatan memiliki kemampuan dasar melakukan identifikasi masalah dan tantangan serta mengetahui apa yang ingin diubah.
Peningkatan mutu dilakukan untuk melakukan perubahan. Prinsip peningkatan mutu: 1) quality is evryone’s business; 2) quality is a team efforts; 3) focus of improvement in on process, not individuals; 4) must be data driven; 5) the QI process is best when based on an established, accepted model; dan 6) the QI process must be communicable.
Salah satu cara Peningkatan mutu yang sering dilakukan yaitu melalui Nolan Model dengan cara plan, do, study, dan act seperti pada gambar dibawah ini. PDSA adalah satu siklus dimulai dari persiapan, uji coba, analisa dan implementasi ditempat yang lebih lanjut.

Dosen Pengampu

dr. Trisasi Lestari, M.Med.Sc

Materi

Peningkatan mutu yang berkesinambungan

Bahan Bacaan

  1. Quality Improvement Primers
  2. A guide to using data for health care quality improvement

Sesi 11. Berbagai Model dan Piranti dalam Peningkatan Mutu Berkesinambungan

Deskripsi

Peningkatan mutu selalu berkembang dan tidak akan pernah selesai, untuk itu mahasiswa departemen health policy and management Fakultas Kedokteran UGM mempelajari model dan piranti dalam peningkatan mutu. Tahapan peningkatan mutu dapat dilakukan mulai dari adanya kemampuan melakukan identifikasi masalah (define), measure, analyze, improve, dan control. Berbagai alat untuk peningkatan mutu antara lain: brainstorming (rapat), cause & effect diagram, process cause & effect diagram, interrelationship diagram, pareto analysis & pareto diagram, analisa SWOT, PESTLE (political, economic, social, technology, legal, environtment), 5 Whys, voice of the customer, storyboarding atau affinity diagram, nominal group technique, mind mapping, spaghetti diagram, scatter diagram, checklist checksheet, location checksheet, 5 principles of lean, FMEA, benchmaring dan lainnya. Semua alat ini dapat dapat aplikasikan sesuai dengan kebutuhan fasilitas kesehatan saat melakukan peningkatan mutu. Alat peningkatan mutu, tidak hanya terbatas pada alat-alat peningkatan mutu yang telah kami paparkan karena masih ada alat-alat lainnya.

Dosen Pengampu 

dr. Trisasi Lestari, M.Med.Sc

Materi

Berbagai model dan piranti dalam peningkatan mutu berkesinambungan

Bahan Bacaan

Quality control and continuous improvement


Sesi 12. Metoda Statistic dan Perangkat dalam Peningkatan Mutu

Deskripsi

Kuliah using data for quality improvement bertujuan untuk memberikan pemahaman ke mahasiswa terhadap pentingnya data untuk meningkatkan mutu. Data dapat diambil dari internal dan eksternal Faskes. Berbagai tools dapat digunakan untuk menyajikan data sehingga menjadi sumber informasi.
Data adalah sumber informasi yang dapat digunakan  untuk mengukur mutu. Namun, pada kenyataannya mutu sulit diukur, ada beberapa kendala, mulai dari jumlah indikator yang banyak, proses pengumpulan data manual, data tidak akurat, kemampuan menggunakan data masih minim, hasil analisa tidak sesuai pendapat manajemen, dan berbagai alasan lainnya padahal dengan proses mengukur dan manganalisa data secara rutin dapat membantu mengidentifikasi masalah, membantu proses pengambilan keputusan, meningkatkan kepercayaan diri manajer, memotret kondisi, menunjukkan peluang perbaikan mutu, pembanding, dan sebagainya.

Dosen Pengampu

dr. Trisasi Lestari, M.Med.Sc

Materi

Metoda statistic dan perangkat dalam peningkatan mutu

Bahan Bacaan

  1. Chapter seven quality control and continuous improvement
  2. Measurement for Quality Improvement
  3. A guide to using data for health care quality improvement

Sesi 13. Utilization Review

Deskripsi

Kuliah Utilization Review (UR) bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang upaya yang dapat dilakukan untuk efisiensi pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) maupun di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Utilization review merupakan kegiatan untuk mengkaji, menganalisis, efektivitas, efisiensi dan peningkatan mutu pemanfaatan pelayanan kesehatan. UR dapat dilakukan secara prospective, retrospective dan concurrent. UR saat ini banyak dilakukan oleh BPJS Kesehatan maupun Rumah Sakit. UR dilakukan untuk mempersiapkan manajemen kemungkinan munculnya risiko atau kasus, memastikan pasien mendapat pelayanan sesuai standar, dan pendataan untuk prediksi keuangan. Kegiatan UR dapat dilakukan dengan memanfaatkan beberapa data di fasilitas kesehatan diantaranya data Rawat Jalan Tingkat Primer (RJTP), data Rawat Inap Tingkat Primer (RITP) , data Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) , data Rawar Inap Tingkat Lanjut (RITL), data pelayanan obat, dan data morbiditas.

Dosen Pengampu

Dr. drg. Yulita Hendrartini, M.Kes

Materi

Utilization Review

Bahan Bacaan

  1. Access regulation and utilization of healthcare services
  2. Guidline for drug utilization review programs
  3. Retrospective drug utilization
  4. The hospital guide to contemporary utilization review

Sesi 14. Sistem Informasi untuk Peningkatan Mutu

Deskripsi

Sistem Informasi dan Teknologi Informasi banyak diterapkan oleh institusi kesehatan termasuk rumah sakit sebagai keunggulan kompetitif (competitive advantage) untuk mendukung pelayanan kesehatan yang prima.
Berbagai literatur banyak menunjukkan keberhasilan penerapan sistem informasi dan teknologi informasi untuk meningkatkan mutu, akses dan efisiensi pelayanan kesehatan. Namun demikian, berbagai tantangan perlu dihadapi dalam mengimplementasikan sistem informasi dan teknologi informasi. Faktor non-teknis juga sangat berperan dalam keberhasilan atau kegagalan penerapannya. Topik mata kuliah ini akan membahas berbagai isu penting terkait strategi penerapan sistem informasi dan teknologi informasi di organisasi kesehatan.

Dosen Pengampu

dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, PhD

Materi

Sistem Informasi dan Teknologi Informasi untuk Peningkatan Mutu

Bahan Bacaan

  1. Impact of Healthcare Informatics on Quality of Patient Care and Health Services
  2. Use of Information Technology to Improve the Quality of Health Care in the United States
  3. Reducing the Frequency of Errors in Medicine Using Information Technology

Sesi 15. Peran Kementerian Kesehatan dalam Pengembangan Mutu Pelayanan

Deskripsi

Seminar  “Peran Kementerian Kesehatan dalam Pengembangan Mutu Pelayanan” memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang upaya yang telah dan akan dilakukan Kementrian Kesehatan RI dalam upaya meningkatkan mutu layanan kesehatan. Saat ini Indonesia belum mempunyai kerangka kerja mutu pelayanan kesehatan tingkat nasional (national healthcare quality framework) sehingga fasilitas pelayanan kesehatan mengukur mutu sesuai dengan kebutuhan lembaga yang meminta seperti Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Kemenkes, KemenKeu, BPJS Kesehatan, dan KeMen PAN.
Kementrian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu diantaranya melalui penetapan indikator dan akreditasi. Kemenkes juga sedang melakukan penyusunan 12 indikator mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit berdasarkan enam dimensi mutu yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine.

Gambar. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Narasumber
Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, dr. Eka Viora, Sp.KJ
Moderator
dr. Hanevi Djasri, MARS

Materi

Peran Kementerian Kesehatan dalam Pengembangan Mutu Pelayanan
Bahan Bacaan
INDICATORS FOR MEASURING UNIVERSAL HEALTH COVERAGE: A FIVE-COUNTRY ANALYSIS


Sesi 16. Seminar Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan Kesehatan Nasional

Deskripsi

Seminar “Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan Kesehatan Nasional” bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa fraud mengancam mutu pelayanan kesehatan. Fraud merupakan kesengajaan melakukan kesalahan terhadap kebenaran untuk tujuan mendapatkan sesuatu yang bernilai atas kerugian orang lain. Indonesia belum mempunyai Undang-Undang (UU) khusus tentang fraud dibidang kesehatan sementara di Amerika Serikat begitu banyak UU yang mengatur tentang fraud dalama layanan kesehatan.
Pencegahan dan penindakan fraud yang telah dilakukan saat ini di Indonesia:

  1. Membangun sistem pencegahan kecurangan JKN
  2. Membentuk tim pencegahan kecurangan JKN
  3. Melakukan upaya-upaya pencegahan kecurangan
  4. Membangun sistem pengaduan yang efektif
  5. Melakukan investigasi ketika telah dihasilkan adanya potensi fraud dari hasil deteksi
  6. Sanksi administratif

Narasumber

Prof.  dr. Laksono Trisnantoro, MPH, PhD

Materi

Sistem Pencegahan dan Penindakan Fraud di sektor kesehatan dan Manajemen Risiko

Bahan Bacaan

  1. The financial cost of healthcare fraud
  2. Prevention not cure in tackling health-care fraud

Sesi 17. Kerangka Kerja Mutu Pelayanan Kesehatan: Kebutuhan akan Pengembangan di Indonesia

Deskripsi

Seminar “Kerangka Kerja Mutu Pelayanan Kesehatan: Penguatan Proses Pengembangan di Indonesia” bertujuan untuk mengetahui pentingnya kerangka kerja mutu bagi Indonesia (Indonesian National Quality Framework). Quality framework merupakan komitmen stakeholders terhadap dimensi mutu dan prioritas mereka, pengukuran, regulasi dan sistem manajemen mutu. Kerangka kerja mutu digunakan sebagai arah oleh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, keluraga dan masyarakat berdasarkan area prioritas yang telah ditetapkan.
Prof. Adi Utarini MSc, MPH, Ph.D mengusulkan lima tahap pengembangan kerangka kerja mutu, diantaranya:

  1. Desk review, melakukan review berbagai dokumen kebijakan dari berbagai lembaga seperti Kemenkes, KARS, dan BPJS kesehatan
  2. Eksplorasi, melakukan analisa dimensi prioritas dan memetakan berbagai peran lembaga
  3. Formulasi, merumuskan quality framework, dimana didalamnya melakukan penyusunan indikator sesuai dengan dimensi mutu yang telah ditetapkan dan strategi untuk melakukan quality improvement
  4. Impementasi pilot, melakukan uji coba kerangka kerja mutu. Dilakukan uji coba apakah indikator yang telah ditetapkan bisa diterapkan  oleh semua fasilitas kesehatan
  5. Penyusunan panduan, menyusun guidline penerapan kerangka kerja mutu dan guidline pengukuran indikator mutu

Dosen Pengampu

Prof. dr. Adi Utarini MSc, MPH, PhD

Materi

Kerangka Kerja Mutu Pelayanan Kesehatan

Bahan Bacaan

Health Care Quality Indicators Project Conceptual Framework Paper


Sesi 18. Program mutu dan Keselamatan dalam Pelayanan Kesehatan

Deskripsi

Program mutu dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan merupakan rencana yang berisi kegiatan-kegiatan untuk peningkatan mutu yang diselenggarakan di suatu organisasi pelayanan dan kegiatannya sudah ditentukan. Rencana berskala besar dan terperinci. Dalam rangka meningkatkan mutu fasilitas kesehatan, pemerintah melalui Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) telah mewajbkan Faskes menyusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien sebagaimana yang tertuang pada standar akreditasi Rumah Sakit maupun FKTP.
Penulisan program dapat dilakukan mulai dari:

  1. Pendahuluan
  2. Latar belakang
  3. Tujuan
  4. Kegiatan pokok dan rincian keegiatan
  5. Cara melaksanakan kegiatan
  6. Sasaran
  7. Skedul
  8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporannya

Pencatatan, pelaporan dan evaluasi (keseluruhan kegiatan)

Dosen Pengampu

dr. Tjahjono Kuntjoro, MPH, PhD

Materi

Program mutu dan Keselamatan dalam Pelayanan Kesehatan

Bahan Bacaan

  1. Akreditasi rumah sakit
  2. Buku STD akreditasi final
  3. Standar akreditasi final

Sesi 19. Kebijakan dan Regulasi Mutu Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 

Deskripsi

Salah satu sasaran pokok pembangunan kesehatan dalam RPJMN tahun 2015-2019 yakni meningkatkan akses mutu dan mutu pelayanan dasar dan rujukan di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan. Untuk itu, direktorat mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan mempersiapkan Fasyankes siap diakreditasi. Kebijakan dan program prioritas penguatan pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan akases Yankes primer melalui akreditasi.
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah Pengakuan yang diberikan oleh Lembaga Independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi. Akreditasi FKTP menjadi alat membangun tata kelola organisasi dan tata kelola klinik yang baik. Beberapa regulasi menyatakan bahwa FKTP harus terakreditasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, antara lain:

  1. Peraturan Menteri Kesehatan RI 71 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 99 Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN
  2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 Tahun 2016 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
  3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas

Dosen Pengampu

dr. Tjahjono Kuntjoro, MPH, PhD

Materi

Kebijakan dan regulasi mutu pelayanan kesehatan tingkat pertama

Bahan Bacaan

  1. Peraturan menteri kesehatan nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
  2. Peraturan menteri kesehatan nomor 44 tahun 2016 tentang pedoman manajemen puskesmas
  3. Peraturan menteri kesehatan nomor 46 tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi
  4. Peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 24 tentang puskesmas
  5. Kebijakan akreditasi puskesmas
  6. Dokumen akreditasi puskesmas
  7. Pentingnya akreditasi
  8. Contoh perencanaan keselamatan pasen di puskesmas

Sesi 20. Kebijakan dan Regulasi Mutu Pelayanan Kesehatan Tingkat Rujukan 

Deskripsi

Empat mekanisme untuk melakukan regulasi dalam pelayanan kesehatan yaitu peraturan perundangan, perijinan, sertifikasi, dan akreditasi. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan harus patuh pada standar terutama peraturan perundangan, standar akreditasi, standar profesi, dan standar dari internasional (ISQUA, WHO). Rumah Sakit akan dinilai secara eksternal melalui akreditasi RS oleh KARS. Kebijakan akreditasi RS tertera pada Permenkes No 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
Akreditasi  rumah sakit merupakan pengakuan terhadap RS yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri setelah dinilai bahwa RS memenuhi standar pelayanan RS untuk meningkatkan mutu pelayanan RS secara berkesinambungan. Akreditasi terdiri dari akreditasi nasional dan internasional, namun rumah sakit hanya wajib mengikuti akreditasi nasional.

Dosen Pengampu

dr. Tjahjono Kuntjoro, MPH, PhD

Materi

Kebijakan dan regulasi mutu pelayanan kesehatan tingkat rujukan

Bahan Bacaan

  1. Peraturan menteri kesehatan nomor 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
  2. Peraturan menteri kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit
  3. Kebijakan perumahsakitan dan akreditasi
  4. Instrumen PMKP 
  5. Standar nasional akreditasi rumah sakit

Sesi 21. Kebijakan Akreditasi Pelayanan Kesehatan (Kuliah Minat KMPK)

Deskripsi
Akreditasi failitas kesehatan di Indonesia hadir untuk menjawab semua tantangan dalam dunia kesehatan yakni mutu. Seberapa bermutukah pelayanan fasilitas kesehatan yang telah diberikan kepada masyarakat? Jawabannya absurd karena takaran mutu setiap manusia berbeda.
Faskes yang telah terakreditasi diharapkan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku sehingga diharapkan masyarakat puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Faskes. Minimnya unsur ketidaktahuan tentang standar pelayanan yang seharusnya diperoleh oleh masyarakat menjadikan kata “akreditasi” belum menjadi alasan utama masyarakat memilih Faskes sebagai tempat berobat, sehingga Faskes yang telah terakreditasi belum maksimal mempertahankan budaya mutu yang telah tercipta dari proses akreditasi.

Dosen Pengampu

Prof.  dr. Laksono Trisnantoro, MPH, PhD

Materi

Kebijakan Akreditasi


Sesi 22. Pengalaman Badan Mutu Pelayanan Kesehatan, Daerah Istimewa Yogyakarta

Deskripsi

Propinsi DIY membentuk suatu lembaga mutu yaitu Badan Mutu Pelayanan Kesehatan. Badan Mutu merupakan lembaga independen yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur D.I. Yogyakarta Tahun 2004. Pembentukan Badan Mutu diprakarsai oleh Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta dengan didukung oleh masyarakat kesehatan yang meliputi : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Organisasi Profesi Kesehatan; Sarana Pelayanan Kesehatan; Lembaga Pendidikan Kesehatan; Lembaga Asuransi Kesehatan; serta para pakar dibidang pelayanan kesehatan. Badan Mutu diharapkan dapat membantu mewujudkan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal, aman dan bermutu, serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat serta mampu mengimplementasikan kebijakan regulasi yang ada.

Materi

Pengalaman Badan Mutu Pelayanan Kesehatan, Daerah Istimewa Yogyakarta