Book Review #11 “Spike – The Virus vs the People: The Inside Story” – Sir Jeremy James Farrar OBE FRCP FRS FMedSci.
Lia Rahmawati | 11 Maret 2022
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM telah menyelenggarakan Book Review 11 dengan judul buku “Spike – The Virus vs the People: The Inside Story” pada Jumat, 11 Maret 2022 mulai pukul 15.00-16.00 WIB melalui media online meeting zoom. Acara dibuka oleh Ni Galuh Purwanti, S.Psi. selaku MC dan diskusi dipandu oleh dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D selaku moderator, memberikan dan menanyakan pandangan buku “Spike – The Virus vs the People: The Inside Story” yang diulas langsung oleh Narasumber yaitu Sir Jeremy James Farrar OBE FRCP FRS FMedSci. Pengulasan lebih mendalam dikembangkan dengan cukup tajam oleh Dr. Gindo Tampubolon, MSc PhD FRSS RMS selaku pembahas pada Book Review kali ini.
Dalam pengantarnya Sir Jeremy berharap dunia kembali ke lingkungan normal, dan kedepannya crisis sangat memungkinkan untuk terjadi kembali. Kesiapan menjadi hal yang sangat penting, dan buku ini mengusung tema tersebut. 5 tahun lagi, kenangan terhadap situasi saat ini akan berbeda.
“Hari ini kita mempertanyakan bagaimana pandemi tahun 1920 bertahan, eliminasi kasus dan merawat pasien-pasien yang terinfeksi. Di masa lalu, jutaan orang meninggal akibat influenza. Kita juga memahami bahwa banyak aspek kehidupan yang terganggu karena pandemi. Pendidikan, ekonomi dan pembangunan terhambat. Langkah-langkah konkret perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini.” Ungkap Sir Jeremy
Dalam pembahasannya Sir Jeremy memberikan perspektif yang transparan tentang peristiwa pandemi COVID-19 dari 31 Desember 2019 hingga saat ini. Buku ini untuk pembaca umum. Informasi yang disajikan merupakan pengetahuan dasar, dengan pendekatan personal. Sudut pandang yang dihadirkan oleh Sir Jeremy bahwa alam sebenarnya sudah memberikan peringatan. Spesies virus dan patogen yang bermutasi merupakan ancaman yang masih ada. Perubahan lingkungan dan iklim mempengaruhi terjadinya hal ini. Namun demikian, penyakit kronis dan lainnya akan terbatas untuk mendapatkan layanan kesehatan memadahi. Disrupsi ekonomi, pendidikan dan aspek sosial lainnya akan lebih terasa di LMIC dan kelompok rentan. Geopolitik pun terpengaruh akibat pandemi terkait kebijakan internasional dan akses terhadap layanan kesehatan esensial.
dr. Gindo selaku pembahas memberikan riwayat perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia sejak 1 Maret 2020. Pengalaman yang diberikan oleh Sir Jeremy terkait data, evidence, science into policy sangat relevan dengan situasi di Indonesia. Pertanyaan dr. Gindo adalah bagaimana membuat ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pembahasan berikutnya adalah terkait vaccine equity. Pada 9 Desember 2020 kesetaraan akses di Indonesia terjadi. Konsekuensi atas hal ini adalah unnecessary premature deaths.
Doni selaku moderator merespon kembali terkait vaccine equity. Salah satu penyebab yang memperparah hal ini adalah karena beberapa kelompok masyarakat menolak penggunaan vaksin.
Sir Jeremy menyatakan pelajaran lain yang didapatkan adalah misinformasi, ketidakpercayaan memperparah pandemi. Hal yang sangat penting adalah mendengarkan pemerintah dan mencegah krisis terjadi. Pengembangan untuk meningkatkan kepercayaan ini sangat fundamental agar komunitas masyarakat bisa patuh terhadap rekomendasi yang diberlakukan.
“How about limiting access from people originally in LMIC?” Tanya Dimas
“Mengapa perlu berbagi hasil penelitian terhadap penyakit tertentu kepada negara lain. Pada 2004 lalu pertanyaan ini tidak ditindaklanjuti secara serius. Pendekatan kepada negara tertentu akan sangat mempengaruhi hal ini. Disincentive and blame perlu diubah menjadi incentive and support. Kita perlu menghargai negara” Ungkap Sir Jeremy
“As a part of the COVID-19 task force, the stakeholders made a minimum effort. Response from the government is delayed. How would you suggest for the smaller region to earn priorities from the central government?” Tanya Inke Lubis
“Pertanyaan tersebut merupakan aspek yang penting bagaimana melibatkan local initiative untuk menciptakan solusi yang tepat. Dibandingkan centralized, localized coordination lebih efektif baik dari pengelolaan SDM, keuangan dan aspek lainnya. Fokus perhatian harus diarahkan bagaimana membuat orang-orang saat ini dan di masa depan menjadi resilien dan merespon secara tepat terhadap situasi apapun. Pekerjaan stakeholders bukan hanya saat pandemi, tapi di sepanjang daur kehidupan. Investing health system, trust and people is impactful for better world.” Ungkap Sir Jeremy.
Untuk Pembahasan lebih lanjut dapat Anda saksikan pada video berikut.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!