Reportase Kegiatan Seminar Nasional Dies MMR ke 30
“Menjadi Rumah Sakit yang Responsif, Adaptif dan Antisipatif”

Dalam rangka memperingati Dies Natalis Magister Manajemen Rumah Sakit (MMR) UGM yang ke-30, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Alumni MMR UGM serta Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Menjadi Rumah Sakit yang Responsif, Adaptif dan Antisipatif.” Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2024 di Harris Convention Center, Bali.

Sambutan pertama diberikan oleh dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes selaku Ketua Umum IKA MMR, mengapresiasi pencapaian 30 tahun MMR UGM dan berharap pertemuan ini mempererat keakraban antar alumni serta meningkatkan ilmu pengetahuan, dengan penekanan pada kontribusi MMR dalam teknologi rumah sakit.

Selanjutnya sambutan diberikan oleh Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M.Kes, MAS selaku Ketua Minat Magister Manajemen Rumah Sakit. dr. Andreasta Meliala menyoroti perkembangan MMR yang sejalan dengan regulasi dan lanskap perumahsakitan, serta menekankan pentingnya kontribusi alumni dalam pengembangan kurikulum untuk menghadapi kompetisi global dan kondisi daerah low resources.

dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, menyampaikan bahwa Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, di mana MMR berada, merepresentasikan sistem kesehatan. dr. Lutfan Lazuardi mengajak alumni untuk membantu mengembangkan pembelajaran dan kurikulum di prodi ini.

Sambutan terakhir disampaikan oleh Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.SC, Ph.D, FRSPH selaku Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan. Beliau mengapresiasi 30 tahun kontribusi MMR dalam manajemen rumah sakit di Indonesia dan menekankan pentingnya seminar ini sebagai wadah diskusi isu-isu terkini dan masa depan di bidang perumahsakitan.


Sesi 1: Isu Terkini Tata Kelola Perumah Sakitan di Indonesia

Dalam era transformasi saat ini, rumah sakit di Indonesia harus responsif, adaptif, dan antisipatif dalam mengelola berbagai peluang dan tantangan untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang optimal. Pada sesi pertama, yang dimoderatori oleh dr. Dewi Ratmasari, MPH, para narasumber membahas topik-topik utama secara komprehensif, termasuk tata kelola rumah sakit modern pasca UU No. 17 Tahun 2023, peluang mengatasi keterbatasan sumber daya rumah sakit, dan penerapan rekam medis elektronik dalam era transformasi kesehatan.

Pembicara pertama, dr. Sunarto., M.Kes, Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan RI, membahas tantangan dan peluang tata kelola rumah sakit pasca UU No. 17 Tahun 2023, menyoroti pentingnya teknologi informasi, layanan unggulan, dan kolaborasi untuk mendukung transformasi kesehatan di Indonesia.

Selanjutnya Bapak Setiaji, S.T., M.Si, DTO Kementerian Kesehatan RI membahas pentingnya digitalisasi layanan kesehatan, integrasi data kesehatan melalui Platform Satu Sehat, dan keamanan data untuk meningkatkan pengambilan kebijakan, diagnosis, dan pengobatan, serta akses riwayat kesehatan secara digital.

Narasumber ketiga pada sesi ini, Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes, Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan membahas masalah distribusi dan jumlah tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis, serta upaya pemerataan melalui program Hospital-Based beasiswa, penambahan program studi, serta beasiswa dan kerjasama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Program Hospital Based difokuskan pada daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani untuk memastikan layanan kesehatan optimal di seluruh Indonesia.

Pada sesi pembahasan, dr. I Wayan Sudana, Direktur Umum RSUP Dr. I.G.N.G. Ngoerah, menyoroti tantangan distribusi dan jumlah tenaga kesehatan di Bali dan Timur Indonesia, serta pentingnya transformasi layanan kesehatan rujukan, digitalisasi dengan electronic medical record (EMR), dan inovasi teknologi kesehatan.

Dr. Gede Ngurah Buana, M.Kes, dari Kasih Ibu Hospital Group, membahas transformasi digital di empat rumah sakit swasta di Bali, dengan fokus pada pengembangan EMR yang terintegrasi, tantangan perubahan mindset tenaga kesehatan, dan upaya mencapai sertifikasi level 6 EMRAM untuk meningkatkan standar pelayanan.

Dr. I Gusti Ngurah Putra Dharma Jaya, M.Kes, Direktur RSUD Bali Mandara, menanggapi Undang-Undang Kesehatan 2023 dengan fokus pada digitalisasi rumah sakit dan peningkatan layanan kanker, serta penerapan sistem jam kunjung pasien dan layanan kantor untuk memenuhi standar yang diatur. RSUD Bali Mandara juga mengembangkan layanan kanker komprehensif dari kemoterapi hingga bedah onkologi dan meningkatkan akses pasien melalui kerjasama dengan penyedia layanan lokal. Semua panelis sepakat bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutan adalah kunci untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia.

Sesi 2: Masa Depan Tata Kelola Rumah Sakit di Indonesia

Pada sesi kedua seminar bertajuk “Menjadi Rumah Sakit yang Responsif, Adaptif, dan Antisipatif,” fokus utama adalah isu-isu masa depan dalam tata kelola rumah sakit di Indonesia, khususnya dalam kebijakan dan manajemen kesehatan. Tiga topik utama yang dibahas meliputi Patient Center Care (PCC) untuk mendukung keunggulan rumah sakit, pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan penerapan rumah sakit ramah lingkungan dengan konsep Zero Carbon atau Zero Hospital. Sesi ini dipandu oleh Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua, dan berlangsung pada 6 Juli 2024 di Harris Convention Center, Bali.

Pembicara pertama, Dr. Nyoman Ayuningsih, Manajer Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr. Ngurah, memaparkan tentang penerapan Patient Center Care (PCC). Beliau menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dan keluarga. Ibu Ayu menjelaskan bagaimana paradigma pelayanan di rumah sakit harus berubah dari fokus pada dokter menjadi fokus pada pasien. Menurutnya, PCC memerlukan kolaborasi dan koordinasi yang baik antara berbagai elemen rumah sakit untuk memberikan kenyamanan fisik dan emosional kepada pasien.

Dr. Hendera Henderi, Sp.OG dari National Hospital Surabaya melanjutkan sesi dengan membahas tentang pemanfaatan IoT dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Beliau menyoroti berbagai inovasi teknologi yang telah diterapkan di National Hospital, seperti penggunaan sistem informasi rumah sakit (SIRS), rekam medis elektronik (RME), dan integrasi alat-alat medis dengan sistem IoT. Dr. Hendera juga menjelaskan bagaimana teknologi ini membantu mempercepat proses pelayanan, meningkatkan efisiensi, dan menjamin keselamatan pasien.

Untuk pembicara ketiga, Dewi Sarastuti, SKM, MPH dari Rumah Sakit Akademik UGM membawakan topik penerapan rumah sakit ramah lingkungan dengan konsep Zero Carbon atau Zero Hospital. Ibu Dewi memaparkan tentang pentingnya pelayanan kesehatan yang peduli terhadap krisis iklim. Beliau menjelaskan bahwa sektor kesehatan berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global. Oleh karena itu, diperlukan penerapan praktik ramah lingkungan di rumah sakit, seperti penggunaan energi terbarukan, desain bangunan hijau, dan manajemen limbah yang efisien. Dewi juga menyampaikan contoh praktik “hijau” yang telah diterapkan di RSA UGM, termasuk penggunaan panel surya, pengolahan limbah organik, dan penerapan bank sampah.

Sesi selanjutnya adalah sesi pembahasan. Dimulai dari Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, Ph.D yang menekankan pentingnya pengalaman pasien dalam konsep Patient Centered Care (PCC). Beliau menyarankan rumah sakit di Indonesia untuk terus mengembangkan inisiatif yang berpusat pada pasien dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan pasien merasa nyaman. Penggunaan teknologi dan sistem informasi juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman pasien.

dr. Dian Putu Ekawati, MPH dari RS Prima Medika menjadi pembahas kedua dengan membahas implementasi PCC, digitalisasi kesehatan, dan praktek ramah lingkungan di RS Prima Medika. Beliau menjelaskan peran perawat primer dalam mendukung PCC dan penggunaan teknologi IoT untuk meningkatkan efisiensi layanan. Dr. Dian juga membahas pengelolaan limbah dan upaya manajemen energi di rumah sakit untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.

Pembahas ketiga, dr. Lutfan Lazuardi, MPH, Ph.D, menekankan transformasi dari manajemen manual ke sistem digital seperti Electronic Medical Records (EMR). Beliau juga membahas pentingnya pelayanan kesehatan berkelanjutan dengan fokus pada pengurangan jejak karbon dan implementasi praktek ramah lingkungan. Dr. Lutfan mendorong kolaborasi dan inovasi dalam penerapan PCC dan teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan rumah sakit.

Diskusi sesi kedua seminar ini dipenuhi dengan antusiasme dari para peserta. Pertanyaan yang diajukan mencakup berbagai topik seperti penerapan AI, manajemen aliran pasien, dan integrasi teknologi dalam pelayanan kesehatan. Para panelis memberikan tanggapan yang informatif dan inspiratif, memberikan wawasan lebih dalam tentang masa depan tata kelola rumah sakit di Indonesia.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi platform penting bagi para profesional kesehatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta membahas tantangan dan peluang dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

VIDEO

Reporter:

Iztihadun Nisa dan Srimurni Rarasati