Bincang Pagi tentang Komunikasi Efektif Bersama Dr.dr Fidiansjah Sp.KJ.,MPH. Alumni MMR 2008 dan Direktur Utama RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor
Oleh: Lia Rahmawati
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan telah menyelenggarakan Program Bincang Pagi Raisa Radio dengan tema Bincang Pagi tentang Komunikasi Efektif Bersama Dr.dr Fidiansjah Sp.KJ.,MPH. (Alumni MMR 2008 dan Direktur Utama RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor) yang diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 11 Januari 2021
Jam : 07.30 – 08.30 WIB
Tempat : Online via Zoom App, Raisa radio App, dan website ph.fk.ugm.ac.id
Narasumber pada Bincang Pagi ini adalah Bapak Dr.dr Fidiansjah Sp.KJ.,MPH. (Alumni MMR 2008 dan Direktur Utama RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor). Diskusi dibuka dengan pengantar oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM), dan acara dipandu oleh Ghitka Nabila selaku MC pada Bincang Pagi pada hari ini.
Pada bincang pagi hari ini dr. Fidiansjah mengulas secara singkat mengenai topik komunikasi efektif yang sempat di singgung pada bincang pagi sebelumnya. dr. Fidiansjah mengungkapkan bahwa manusia tidak menyadari bahwa kekuatan suatu kata dan kalimat sebagai suatu alat yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya, dan karena ketidaksadaran itu sehingga berkata dan bertutur kalimat menjadi sesuatu yang tidak dipelajari dan menjadi sesuatu yang seolah-olah dapat berbicara saja sudah cukup, padahal tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan didalam kiat-kiat sederhana dalam komunikasi efektif. Untuk yang pertama adalah komunikasi efektif bukan ditekankan pada cara untuk selalu banyak bicara, komunikasi efektif adalah memulai dengan filosofi dua telinga yang artinya komunikasi efektif dimulai dengan mendengar, mencermati, dan secara seksama menangkap esensi lawan bicara. Setelah itu mulut yang memiliki satu esensi, yang artinya ketika keluar menjadi suatu kalimat, sudah merupakan hasil analisis dari kecermatan dan kejelian dua telinga yang dipakai untuk menangkap hal-hal yang kita dengar.
“Bagaimana caranya untuk menjalin komunikasi efektif dalam instansi rumah sakit? Dan biasanya rumah sakit menggunakan media apa yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada staf atau pasien yang ada di rumah sakit, dan menyampaikan pesan serta memastikan bahwa pesan tersebut sampai ke target yang dituju?” Tutur Ghitka.
dr. Fidiansjah mengungkapkan bahwa “Dalam konteks komunikasi, maka dapat digunakan berbagai macam media, yang pertama dan sederhana kita dapat membagi komunikasi dalam bentuk verbal dan non-verbal, artinya ketika verbal tentu harus melihat apakah suasana, momen, dan situasi yang sedang dihadapi tepat untuk menyampaikan suatu pesan-pesan dari kebutuhan organisasi. Kemudisan ada yang memang harus cepat dan massal maka digunakan komunikasi non-verbal, baik itu nota dinas, surat edaran, instruksi dan sebagainya”.
“Apa hal yang dapat membuat psikis kita selalu sehat walaupun sedang dalam kondisi yang tidak baik, dan apa saja yang membuat psikis kita tidak sehat? “ Tutur Ghitka.
dr. Fidiansjah menjelaskan bahwa “Hal tersebut dikarenakan kita sering terjebak antara harapan dan kenyataan, dan sering menyalahkan situasi atau keadaan, padahal sikap pertama yang harus kita munculkan adalah bersyukur dengan segala yang ada dan selalu melihat hikmah dari sesuatu yang telah terjadi, kemudian membangun cara berfikir positif. Jika kita tidak menyikapi dengan beripikir positif, maka akibat yang dapat muncul setelah itu adalah depresi, stress berlebih, dan kemudian hilangnya kepercayaan diri.”
“Kegiatan apa yang dilakukan oleh dokter dan staf di RSJ Marzoeki Mahdi untuk mendukung pasien agar cepat sembuh? Dan bagaimana cara para staf di RSJ yang berpengalaman ini untuk membangun berpikir positif untuk mendorong pasien agar cepat sembuh.” Tutur Ghitka.
dr. Fidiansjah mengungkapkan bahwa “Klien-klien yang masuk RSJ yang perlu perawatan pada umumnya sudah masuk ke kategori berat, seperti mengamuk, agresif, melukai diri sendiri, bahkan membahayakan orang lain. Kemudian kita menerapkan farmakoterapi, yaitu upaya untuk mengendalikan fungsi-fungsi neurotransmitter di otak yang menyebabkan seseorang dalam berkomunikasi tidak bisa baik, sehingga pada batas tertentu peran fakmakoterapi dibutuhkan, termasuk seperti pada saat depresi maka diberikan antidepressant, ketika cemas diberikan anticemas, dan sebagainya tergantung pada masing-masing gangguan. Kemudian usaha pemulihan tahap berikutnya yaitu dengan berbagai jenis terapi seperti terapi kognitif, terapi perilaku, dan bahkan rehabilitasi pekerjaan. Jadi yang kita lakukan disini adalah melakukan pemulihan bagi orang-orang sesuai dengan kompetensi pasien. Ada yang suka bercocok tanam, melukis, dan ada juga yang sekedar suka menghabiskan waktu dengan hal-hal lain seperti mencuci motor, dan itu kami fasilitasi ada tempat pencuci motor atau mobi. Jadi bergantung pada masing-masing kasus dan kami fasilitasi dalam ruang yang disebut dengan psikososial, sehingga pada saat mereka pulang sudah siap untuk menjadi orang yang mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain”.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!