Entries by hanifah.wulandari

, ,

MEDINFO 2025 : Healthcare Smart & Medicine Deep

MEDINFO 2025 : Healthcare Smart & Medicine Deep

MEDINFO 2025 adalah konferensi internasional terbesar di bidang informatika kesehatan yang diselenggarakan oleh International Medical Informatics Association (IMIA). Ajang ini mempertemukan peneliti, praktisi, perumus kebijakan, dan inovator dari seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan, riset terbaru, dan solusi digital dalam sistem kesehatan. MEDINFO diadakan setiap dua tahun sekali dan menjadi wadah strategis untuk memperkuat kolaborasi lintas negara dan sektor. Tahun ini tepatnya pada 9–13 Agustus 2025, MEDINFO digelar di Taipei International Convention Center (TICC), Taiwan, dengan tema “Healthcare Smart × Medicine Deep”. Konferensi ini berfokus pada bagaimana kecerdasan buatan dan teknologi informasi klinis mendalam dapat memperkuat sistem kesehatan global. MEDINFO tahun ini mengangkat 5 track utama diantaranya: Information and Knowledge Management, Human, Organizational, and Social Aspects, Health Data Science & Artificial Intelligence, Quality, Safety, & Outcomes, dan Global Health Informatics, delegasi internasional akan membahas berbagai isu dalam rangkaian presentasi, diskusi panel, workshop, hingga pameran teknologi kesehatan digital. Tim UGM mengikuti kegiatan tersebut dan akan melaporkan liputannya melalui website ini. 

, , , ,

Reportase “Global Health Finance after COVID-19 and the Future of UHC”​

Reportase Webinar

“Global Health Finance after COVID-19 and the Future of UHC”

PKMK-Yogyakarta. Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM bekerja sama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) menyelenggarakan webinar dengan topik “Global Health Finance after COVID-19 and the future of UHC” pada Kamis (24/7/2025).  Webinar ini  menghadirkan Prof. Peter Berman yang merupakan Professor University of British Columbia & Adjunct Professor of Global Health and Population, Harvard T.H. Chan School of Public Health sebagai narasumber.

Play Video

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSC, PhD menyampaikan pengantar mengenai pendanaan kesehatan di Indonesia. terdapat peningkatan pengeluaran kesehatan di Indonesia, dengan proporsi terbesar dari skema asuransi kesehatan sosial serta  terdapat peningkatan skema out of pocket (OOP). Setelah COVID-19, BPJS Kesehatan kembali mengalami defisit. Ada kemungkinan kesulitan bagi pemerintah untuk meng-cover biaya klaim BPJS-Kesehatan di masa depan. Pelaksanaan Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia saat ini masih belum tercapai, karena belum ada  kesetaraan akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan masih  terdapat ketimpangan antar segmen anggota BPJS, tantangan secara geografis, serta kebijakan kompensasi yang belum dijalankan oleh BPJS.

Play Video

Selanjutnya, Prof. Peter Berman menyampaikan gambaran pendanaan kesehatan global setelah COVID-19 dan masa depan dari UHC. Pandemi COVID-19 mempengaruhi kondisi ekonomi di tingkat global maupun nasional. Dampaknya setelah pandemi terdapat penurunan bantuan alokasi dana bantuan eksternal yang dapat berpengaruh terhadap program dan sistem kesehatan. Di sisi lain, terdapat tantangan baru bagi pendanaan kesehatan yakni perubahan iklim. UHC merupakan jaminan akses untuk semua layanan kesehatan penting untuk semua orang serta menyediakan perlindungan terhadap risiko finansial. Terdapat peningkatan tren UHC berdasarkan Service Coverage Index (SCI) setelah pandemi, sedangkan proporsi pengeluaran OOP secara global berkisar antara 10%-25%. Semua negara mengalami tantangan untuk mencapai keberlanjutan konsep dari UHC. Pada negara berpendapatan tinggi tantangannya berasal dari peningkatan populasi lansia dengan usia harapan hidup lebih lama, terdapat multi morbiditas, serta adanya peningkatan biaya untuk terapi baru. Sedangkan pada negara pendapatan rendah tingkat pembiayaan kesehatan saat ini sangat terbatas, sehingga perlu mencari keseimbangan antara luaran kesehatan populasi dan perlindungan terhadap risiko finansial.

Indonesia mengalami beberapa tantangan seperti bagaimana keseimbangan antara kebutuhan dengan permintaan untuk layanan kesehatan kemudian bagaimana manajemen yang tepat dengan kondisi di Indonesia yang sangat beragam dalam hal kondisi geografis, suplai pelayanan kesehatan serta kondisi ekonomi. Saat ini cakupan kepesertaan JKN sudah lebih dari 80%, namun masih terdapat kesenjangan dan ketidaksetaraan distribusi manfaat. Pada layanan kesehatan primer, pendanaan lebih banyak berasal dari dana transfer pemerintah melalui berbagai aliran dibandingkan dari JKN. Faktanya, Indonesia sudah memiliki sistem jaminan kesehatan yang mumpuni, namun masih menghadapi tantangan dalam hal keberlanjutan finansial dan ketimpangan layanan.

Reporter: Latifah Alifiana (PKMK UGM)